Krisis identitas ternyata bukan hanya terjadi dalam dunia manusia. Di dunia kuliner ternyata juga ada krisis identitas. Kalau ada teori yang mengatakan bahwa sesorang harus dari bawah dahulu sebelum menjadi nasional, setelah nasional tingkat selanjutnya yaitu global.
Seperti karir politik ataupun karir lainya kalau tidak bisa terkenal di Ibu Kota seperti Jakarta maka susah menjadi nasional. Karena statement tersebut mungkin pemilik mie akhirnya menggunakan kata Jakarta di gerobaknya. Mie ayam Jakarta sebuah mie yang tercerabut dari sumbernya yaitu Jakarta dan berjualan di Gresik.
Jika dikatakan mie ayam Jakarta sebagai mie ayam domestik? Nampak sangat tidak domestik. Berbeda dengan mie ayam, mie ayam lainya. Mie ayam Jakarta ini bersifat demokratis seperti sifat metropolitan, konsumen menentukan sendiri mienya mau diberi kuah atau tidak. Berbeda dengan mie lain-lainya yang mendoktrin harus menggunakan kuah dan pangsit dicampur. Dibeberapa gerobak bahkan ada yang memisahkan antara kuah dan pangsitnya.
Penulis sendiri suka dengan indomie goreng, jadi bisa dikatakan suka yang tidak berkuah tinggal dikasih kecap dan saos. Seperti nampak foto diatas. Kembali ke krisis identitas, jadi sebenarnya mie ayam Jakarta ini termasuk krisis identitas atau tidak? Tapi secara harga entah kenapa lebih murah daripada mie ayam domestik lainya.